Tragedi perang antar suku Lampung dan Bali

Nama : Mohamad Fernando kasim
Jurusan : Management Keuangan Syariah
Judul : Tragedi Suku Lampung dan Bali

        Tragedi Perang Antar Suku     

                Lampung Dan Bali




Pada umumnya masyarakat asli lampung adalah orang yang ramah dan terbuka terhadap masyarakat lain termasuk masyarakat pendatang. hal ini sesuai dengan falsafah hidup mereka yaitu fiil pasenggiridengan salah satu unsurnya yang disebut dengan nemui-nyimah. Meski demikian mereka juga tidak mentoleran jika ada yang menghina apalagi berkaitan dengan masalah harga diri, terbukti dengan terjadinya konflik besar pada tahun 2012 antara suku lampung dengan bali. Ada banyak versi yang menjelaskan bagaimana kronologi terjadinya konflik tersebut salah satunya adalah disebabkan oleh perlakuan tidak senonoh seorang pemuda bali yang menolong seorang wanita warga lampung yang sebelumnya terjatuh karena menabrak warga bali yang menggunakan sepeda ontel. Perlakuan yang dianggap tidak senonoh adalah pemuda tersebut dianggap menyentuh bagian dada wanita yang ditolong tersebut. Karena merasa tidak terima maka hal tersebut diadukan pada kelompok sukunya dan menjadilah awal terjadinya konflik yang tak terhindarkan.
            Dari kronologis peristiwa tersebut melalui pendapat Dubois dan Mileydapat disimpulkan bahwa masyarakat suku asli yang dalam hal ini adalah suku lampung menganggap suku Bali (pendatang) telah menciderai kepercayaan dan keramahan mereka dengan tidak menghargai keberagaman yang mereka miliki masing-masing. Serta seiring dengan itu, timbul pula perasaan dilecehkan oleh suku pendatang sehingga konflik terjadi tanpa bisa dielakan. Kondisi seperti ini menciptakan masyarakat yang masing-masing mengedepankan identitas masing-masing sampai tingkat ingin menguasai satu sama lainnya/Rachisme (perasaan superioritas terhadap ras tertentu).
            Versi selanjutnya, menyebutkan bahwa penyebab terjadinya konflik adalah sebuah permasalahan sepele. Arahnya lebih pada kesalahpahaman, yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum provokator sehingga akhirnya pecah dan terjadi konflik. Versi ini dirilis oleh Divisi Humas Mabes Polri pada Senin, (29/10/2012) melalui laman online humas mabes polri di www.polri.go.id. Berikut kronologis lengkap penyebab konflik tersebut. “Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 09.30 WIB di desa Sidorejo kecamatan Sidomulyo kabupaten Lampung Selatan, telah terjadi bentrokan antara warga suku Lampung dan warga suku Bali. Kronologis kejadian :

“Pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok) Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak oleh sepeda motor yang dikendarai An. Nurdiana Dewi, 17 tahun, (warga Desa Agom Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan berboncengan dengan Eni, 16 Th, (warga desa Negri Pandan Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan). Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah memegang dada Nurdiana Dewi dan Eni sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak + 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Bali Nuraga Kec. Way Pani. Akibat penyerangan tersebut 1 (satu) kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun, Swasta. Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 01.00 WIB, masa dari warga suku Lampung berjumlah + 200 orang melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah milik Sdr Wayan Diase. Pada pukul 09.30 WIB terjadi bentrok masa suku Lampung dan masa suku Bali di Desa Sidorejo Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Akibat kejadian tersebut 3 (tiga) orang meninggal dunia masing-masing bernama: Yahya Bin Abdul Lalung, 40 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka robek pada bagian kepala terkena senjata tajam, Marhadan Bin Syamsi Nur, 30 tahun, Tani, (warga Lampung) dengan luka sobek pada leher dan paha kiri kanan dan Alwi Bin Solihin, 35 tahun, Tani, (warga Lampung), sedangkan 5 (lima) orang warga yang mengalami luka-luka terkena senjata tajam dan senapan angin masing-masing : An. Ramli Bin Yahya, 51 tahun, Tani, (warga Lampung) luka bacok pada punggung, tusuk perut bagian bawah pusar, Syamsudin, 22 tahun, Tani, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada bagian Kaki. Ipul, 33 tahun, Swasta, (warga Lampung) Luka Tembak Senapan Angin pada bagian paha sebelah kanan dan Mukmin Sidik, 25 tahun, Swasta, (warga Lampung) luka Tembak Senapan Angin di bagian betis sebelah kiri”.  

(Solusi : kita harus menghindari masalah seperti ini apalagi hanya masalah sepeleh dan itu semua kembali kediri kita masing masing.Jadi kita sebagai warga negara indonesia tidak bisa berpecah belah sampai terjadi perang antar suku karna ini yang akan membuat hancur bhineka tunggal Ika)


Komentar

  1. Makasih buat mas fernando yang membuat ini jadi saya bisa belajar bahwa Indonesia memang negara yang harus di perjuangkan dan satu lagi (bisa membantu membuat tugas)

    BalasHapus

Posting Komentar